Namanya Kartini, seperti nama seorang pahlawan wanita Indonesia yang dianggap berkontribusi mengangkat harkat dan martabat wanita itu, tapi sayang sekali nasib Kartini sangat mengenaskan. Kartini adalah TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia. Wanita asal Kendal, Jawa Tengah ini ditemukan sudah tidak bernyawa di ruang tamu rumah majikannya pada Sabtu (23/5) lalu.
Kartini ditemukan dengan luka-luka lebam di tubuhnya. "Jika otopsi selesai kami akan segera memulangkan jenazahnya ke Kendal, Jawa Tengah," demikian ungkap Widyarka Ryananta, Konsul Pensosbud KBRI di Kuala Lumpur pada Senin (25/5).
Kartini belum lama bekerja sebagai pembantu rumah tangga di keluarga Chen Weng Li yang memiliki istri bernama Chin Weng Seng. Dia baru bekerja selama dua bulan pada keluarga tersebut. Saat ditemukan, petugas kesehatan menemukan banyak luka lebah akibat benda tumpul di tubuh Kartini, dan dia sudah tidak bernyawa lagi. Petugas kesehatan tersebut kemudian melaporkan kasus itu kepada kepolisian setempat.
Polisi saat ini telah menahan kedua orang yang menjadi majikan Kartini tersebut.
Saat ini Jenazah Kartini menunggu untuk dipulangkan ke kampung halamannya. "Kami juga sudah menghubungi PJTKI yang memberangkatkan Kartini ke Malaysia. Perusahaan PJTKI itu bersedia untuk membiayai penerbangan jenazah ke kampung halamannya," demikian tambah Widyarka.
Selain itu Kepala Atase Tenaga Kerja Teguh H Cahyono menjelaskan bahwa korban berangkat ke Malaysia pada Desember 2007, jadi dia masih di lindungi oleh asuransi.
"Kami sedang mengurus asuransinya. Menurut aturan, korban akan menerima dana santunan sebesar 40 juta rupiah ditambah biaya transportasi pengiriman jenazah 5 juta rupiah," demikian jelas Teguh.
Jika nama Kartini disebut, sebagai orang Indonesia pasti langsung teringat akan seorang wanita yang memperjuangkan hak-hak wanita di generasinya. Namun sekarang seorang pahlawan devisa ini mati dengan mengenaskan, kepulangannya ke Indonesia tidak akan disambut oleh upacara kehormatan negara, tapi oleh isak tangis kaum keluarganya, dan kemungkinan bagi keluarganya untuk bisa mendapatkan hasil kerja kerasnya pun sangat kecil.
Sebuah pertanyaan besar dari "Kartini-kartini" yang pergi merantau ke negeri orang dan berkontribusi bagi devisa negara ini, "Akankah pemerintah memperjuangkan nasib mereka saat hak-hak mereka dirampas, ditindas bahkan ketika nyawa melayang?"
Sumber : Kompas/VM